IAIN Parepare--- Kelompok Studi Ekonomi Islam (KSEI) Forum Ekonomi Syariah (FENS) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare berhasil mendapatkan penghargaan sebagai ide paper terbaik pada kegiatan Temu Ilmiah Regional (TEMILREG) ke tujuh Forum Silaturahim Studi Ekonomi Islam (FoSSEI) Sulawesi Selatan dan Papua.
Ardiansyah, ketua majelis syuro FENS IAIN Parepare yang turut serta ikut berpartisipasi mengaku bersyukur atas pencapaian tersebut.
“Alhamdulillah FENS meraih penghargaan sebagai paper terbaik dengan judul papernya yaitu pengembangan pariwisata halal melalui tour operator Islami di Sulawesi Selatan,” terangnya saat diwawancarai via whatsapp, Jum’at (02/03).
Mahasiswa program studi Perbankan Syariah ini berharap agar KaSSEI FENS IAIN Parepare terus aktif ikut dalam berbagai kegiatan forum ekonomi dan mendapat dukungan dari kampus.
“Ke depannya kami akan terus berkoordinasi dengan teman-teman dan melakukan kerjasama dengan pihak fakultas dalam rangka pengembangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis. semoga kedepannya nanti KaSSEI FENS bisa berpartisipasi dalam kegiatan forum ekonomi seperti ini,” harapnya.
Penghargaan tersebut mendapat apresiasi oleh Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis IAIN Parepare, Muhammad Kamal Zubair.
“Alhamdulillah, untuk ke sekalian kali adek-adek dari FENS mampu menunjukkan prestasinya. Semoga ke depan dapat berkiprah ke event yang luas dan dapat menjadi inspirasi bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEBI) IAIN Parepare,” ungkapnya.
Kegiatan yang diikuti beberapa perguruan tinggi seperti IAIN Ambon, IAI DDI Polman, IAIN Palopo, IAIN Bone, STIE Bongaya, UNHAS, UIN Alauddin Makassar. Selain TEMILREG, kegiatan ini juga dirangkaikan dengan Syariah Ekonomic Forum (SEF) yang dibuka langsung oleh wakil gubernur Sulawesi Selatan, Andi Sudirman Sulaiman di Baruga Angin Mammiri rumah jabatan wali kota Makassar, Senin (25/2).
Ormawa PMI IAIN Parepare
Senin, 15 April 2019
Tergabung dalam Munas FL2MI, SEMA IAIN Parepare Ikut Serukan Anti Golput
Hamas IAIN Parepare--- Senat Mahasiswa se- Indonesia yang tergabung dalam Forum Lembaga Legislatif Mahasiswa Indonesia (FL2MI) berkumpul bersama dalam kegiatan Musyawarah Nasional ke-XI FL2MI yang berlangsung pada tanggal 18-23 Maret 2019 di Graha Instiper Yogyakarta.
Kurang lebih 400 mahasiswa dari 200 perguruan tinggi di Indonesia ini sedang mengikuti berbagai rangkaian agenda kegiatan Munas yang disiapkan panitia pelaksana. Ketua Senat Mahasiswa IAIN Parepare, Musriadi melaporkan dari lokasi Munas menyampaikan, kegiatan Munas ini dibuka secara resmi oleh Menteri Riset, Teknologi dan Perguruan Tinggi (Menristekdikti), Prof. H. Mohammad Nasir, PhD.
Menurut Musriadi, Forum Lembaga Legislatif Mahasiswa Indonesia (FL2MI) merupakan wadah pemersatu lembaga legislatif mahasiswa seluruh Perguruan Tinggi yang ada di Indonesia yang memiliki pengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan lembaga legislatif mahasiswa di Indonesia.
"Forum yang berasaskan Pancasila ini bertujuan supaya terbina rasa kekeluargaan antara lembaga legislatif mahasiswa yang akademis dan mampu berkarya, berketuhanan, bertanggungjawab, atas terwujudnya masyarakat adil makmur" papar Musriadi via telpon selulernya.
Pada hari ke-2, lanjut Musriadi, kami bersama-sama dengan Senat Mahasiswa se- Indonesia bersepakat menyerukan Anti Golput pada Pemilu serentak (Pilpres dan Pileg) yang akan dihelat pada tanggal 17 bulan depan. Pemilu adalah kesempatan bagi masyarakat untuk menyumbangkan kontribusinya bagi negara. Tiap suara yang diberikan akan mempengaruhi perkembangan Indonesia di masa datang. "Oleh karenanya, Mahasiswa sebagai agen perubahan harus mampu merangkul masyarakat dan membuka pikirannya agar mereka tidak golput pada pemilu yang akan datang" tutur Musriadi menirukan pesan yang disampaikan Koordinator Wilayah FL2MI Yogyakarta, Muh. Agus Setiawan.
"Meski pun demikian, peserta Munas FL2MI ini juga meminta para elit politik tidak membuat masyarakat kebingungan dan gaduh, khususnya dikalangan pemilih pemula. Para elit politik semestinya harus menjadi tauladan yang baik dalam proses demokratisasi yang sedang kita bangun. Jangan justru sebaliknya, para elit politik menjadi biang kerok dan biang ribut dalam politik dan demokrasi. Tugas dan tanggungjawab Politisi harus memberikan pendidikan politik kepada masyarakat," tegas Ketua SEMA ini.
Mengenai penyelenggaraan Munas, Musriadi menyampaikan ada beberapa acara yang telah diagendakan panitia, yaitu Seminar Nasional, Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan, Training Legislatif, Diskusi Publik, Talkshow, Sidang Pleno 1,2,3 dan 4, Sidang paripurna, Sosialisasi anti golput dan anti radikalisasi, Pesta Kebudayaan dan Field trip. "Sidang pleno merupakan agenda inti Musyawarah Nasional FL2MI, dimana pada Sidang pleno 4 menjadi forum pembahasan LPJ Pengurus Pusat FL2MI, sementara Sidang pleno 5 akan mengagendakan pemilihan Koordinator Pusat FL2MI 2018-2019 dan Sidang pleno 6 akan menentukan tuan rumah Mukernas ke-XII FL2M.
Ditanya mengenai targetnya pada Munas FL2MI, Musriadi meminta doa dan dukungan agar Senat Mahasiswa IAIN Parepare menjadi tuan rumah pada perhelatan Mukernas FL2MI yang akan datang. (s.s)
Kurang lebih 400 mahasiswa dari 200 perguruan tinggi di Indonesia ini sedang mengikuti berbagai rangkaian agenda kegiatan Munas yang disiapkan panitia pelaksana. Ketua Senat Mahasiswa IAIN Parepare, Musriadi melaporkan dari lokasi Munas menyampaikan, kegiatan Munas ini dibuka secara resmi oleh Menteri Riset, Teknologi dan Perguruan Tinggi (Menristekdikti), Prof. H. Mohammad Nasir, PhD.
Menurut Musriadi, Forum Lembaga Legislatif Mahasiswa Indonesia (FL2MI) merupakan wadah pemersatu lembaga legislatif mahasiswa seluruh Perguruan Tinggi yang ada di Indonesia yang memiliki pengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan lembaga legislatif mahasiswa di Indonesia.
"Forum yang berasaskan Pancasila ini bertujuan supaya terbina rasa kekeluargaan antara lembaga legislatif mahasiswa yang akademis dan mampu berkarya, berketuhanan, bertanggungjawab, atas terwujudnya masyarakat adil makmur" papar Musriadi via telpon selulernya.
Pada hari ke-2, lanjut Musriadi, kami bersama-sama dengan Senat Mahasiswa se- Indonesia bersepakat menyerukan Anti Golput pada Pemilu serentak (Pilpres dan Pileg) yang akan dihelat pada tanggal 17 bulan depan. Pemilu adalah kesempatan bagi masyarakat untuk menyumbangkan kontribusinya bagi negara. Tiap suara yang diberikan akan mempengaruhi perkembangan Indonesia di masa datang. "Oleh karenanya, Mahasiswa sebagai agen perubahan harus mampu merangkul masyarakat dan membuka pikirannya agar mereka tidak golput pada pemilu yang akan datang" tutur Musriadi menirukan pesan yang disampaikan Koordinator Wilayah FL2MI Yogyakarta, Muh. Agus Setiawan.
"Meski pun demikian, peserta Munas FL2MI ini juga meminta para elit politik tidak membuat masyarakat kebingungan dan gaduh, khususnya dikalangan pemilih pemula. Para elit politik semestinya harus menjadi tauladan yang baik dalam proses demokratisasi yang sedang kita bangun. Jangan justru sebaliknya, para elit politik menjadi biang kerok dan biang ribut dalam politik dan demokrasi. Tugas dan tanggungjawab Politisi harus memberikan pendidikan politik kepada masyarakat," tegas Ketua SEMA ini.
Mengenai penyelenggaraan Munas, Musriadi menyampaikan ada beberapa acara yang telah diagendakan panitia, yaitu Seminar Nasional, Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan, Training Legislatif, Diskusi Publik, Talkshow, Sidang Pleno 1,2,3 dan 4, Sidang paripurna, Sosialisasi anti golput dan anti radikalisasi, Pesta Kebudayaan dan Field trip. "Sidang pleno merupakan agenda inti Musyawarah Nasional FL2MI, dimana pada Sidang pleno 4 menjadi forum pembahasan LPJ Pengurus Pusat FL2MI, sementara Sidang pleno 5 akan mengagendakan pemilihan Koordinator Pusat FL2MI 2018-2019 dan Sidang pleno 6 akan menentukan tuan rumah Mukernas ke-XII FL2M.
Ditanya mengenai targetnya pada Munas FL2MI, Musriadi meminta doa dan dukungan agar Senat Mahasiswa IAIN Parepare menjadi tuan rumah pada perhelatan Mukernas FL2MI yang akan datang. (s.s)
Pembekalan KPM 2 IAIN Parepare 2019, Utamakan Kegiatan Keagamaan
Humas IAIN Parepare--- Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) IAIN Parepare menggelar pembekalan Kuliah Pengabdian Masyarakat (KPM) II di ruang pertemuan LP2M pada hari Senin, 18 Maret 2018.
Kepala pusat LP2M dalam laporannya menyampaikan bahwa ada 27 orang mahasiswa yang mendaftar KPM II namun pada saat kami sosialisasi mereka mengundurkan diri satu persatu- satu dan hanya 9 orang yang akhirnya mengikuti pembekalan. Masing-masing 5 orang dari fakultas tarbiyah, 4 orang dari fakultas syariah. Kegiatan ini direncanakan berlangsung selama 45 hari sejak tanggal 21 maret 2019 sampai 30 April 2019 di Desa Lotang salo Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang.
Guna menunjang kegiatan KPM ini, LP2M menyelenggarakan pembekalan selama dua hari dengan menghadirkan 7 orang pemateri yang akan membawakan materi terkait mengenai pengabdian masyarakat. pada hari pertama peserta mendapat arahan langsung dari rektor IAIN Parepare, Dr. Ahmad Sultra Rustan, M.Si. beliau berpesan bahwa kegiatan KPM ini bedanya dengan perkuliahan biasa karena kita ditempatkan dan berhadapan langsung dengan dimasyarakat, maka dari itu masyarakat dengan segala kondisinya dan orang-orang yang ada dimasyarakat tersebut menjadi sumber pengetahuan bagi kita. Dimana Kegiatan KPM ini semata-mata merupakan pengabdian kita kepada masyarakat. Sehingga kita wajib menjaga nama baik kampus IAIN Parepare.
Selain itu, dr.ahmad sultra rustan m.si juga menambahkan bahwa aktifitas kegiatan yang utama adalah kegiatan yang bersifat keagamaan disamping kegiatan kemasyarakatan sosial lainnya, serta ketika peserta KPM bersosialisasi dengan masyarakat setempat harus bersikap moderat, hindari sikap-sikap radikal. Sesuai dengan misi dari kampus kita “akulturasi Islam dan budaya” sehingga kita harus menghargai kearifan lokal yang ada ditengah masyarakat.
Beliau juga berharap bahwa kita harus bisa menjaga hubungan dengan orang lain. Ketika kita mengeluarkan kalimat usahakan kalimat yang membangun hubungan bukan kalimat yang mendatangkan kebencian.
Penulis : Nuraeni
Kepala pusat LP2M dalam laporannya menyampaikan bahwa ada 27 orang mahasiswa yang mendaftar KPM II namun pada saat kami sosialisasi mereka mengundurkan diri satu persatu- satu dan hanya 9 orang yang akhirnya mengikuti pembekalan. Masing-masing 5 orang dari fakultas tarbiyah, 4 orang dari fakultas syariah. Kegiatan ini direncanakan berlangsung selama 45 hari sejak tanggal 21 maret 2019 sampai 30 April 2019 di Desa Lotang salo Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang.
Guna menunjang kegiatan KPM ini, LP2M menyelenggarakan pembekalan selama dua hari dengan menghadirkan 7 orang pemateri yang akan membawakan materi terkait mengenai pengabdian masyarakat. pada hari pertama peserta mendapat arahan langsung dari rektor IAIN Parepare, Dr. Ahmad Sultra Rustan, M.Si. beliau berpesan bahwa kegiatan KPM ini bedanya dengan perkuliahan biasa karena kita ditempatkan dan berhadapan langsung dengan dimasyarakat, maka dari itu masyarakat dengan segala kondisinya dan orang-orang yang ada dimasyarakat tersebut menjadi sumber pengetahuan bagi kita. Dimana Kegiatan KPM ini semata-mata merupakan pengabdian kita kepada masyarakat. Sehingga kita wajib menjaga nama baik kampus IAIN Parepare.
Selain itu, dr.ahmad sultra rustan m.si juga menambahkan bahwa aktifitas kegiatan yang utama adalah kegiatan yang bersifat keagamaan disamping kegiatan kemasyarakatan sosial lainnya, serta ketika peserta KPM bersosialisasi dengan masyarakat setempat harus bersikap moderat, hindari sikap-sikap radikal. Sesuai dengan misi dari kampus kita “akulturasi Islam dan budaya” sehingga kita harus menghargai kearifan lokal yang ada ditengah masyarakat.
Beliau juga berharap bahwa kita harus bisa menjaga hubungan dengan orang lain. Ketika kita mengeluarkan kalimat usahakan kalimat yang membangun hubungan bukan kalimat yang mendatangkan kebencian.
Penulis : Nuraeni
Mahasiswa IAIN Parepare Memiliki Standarisasi Etik
Humas IAIN Parepare--Menanggapi isu yang lagi gembar-gembor di media sosial terkait pelarangan pakaian gamis di kampus, Kasubag Humas Suherman Syach memberikan penjelasan panjang lebar ketika ditemui awak media di ruang kerjanya, Senin, 11/3/2/2019.
"Masyarakat harus paham, IAIN Parepare ini merupakan lembaga pendidikan formal yang bernaung di bawah Kementerian Agama RI. Tentu saja, kita memiliki standar dan aturan normatif yang mengatur seluruh civitas akademik, baik pimpinan, dosen, pegawai, termasuk mahasiswa" paparnya dengan serius.
Salah satu standar dan peraturan yang terkait dengan personal para civitas akademika, tertuang dalam peraturan yang disebut Kode Etik Dosen, Pegawai dan Mahasiswa IAIN Parepare. Kode etik mahasiswa merupakan rambu-rambu yang seyogyanya menjadi pedoman bagi mahasiswa dalam menjalankan aktivitasnya selama kuliah di IAIN Parepare. Kode etik adalah sebuah instrumen untuk melatih dan membentuk mahasiswa menjadi pribadi yang berkarakter berdasarkan tuntutan agama Islam, agar menjadi insan "Malebbi Warekkadana, Makkiade Ampena" yang menjadi motto kampus ini.
Dalam kode etik ini, lanjut Suherman, ada seperangkat norma yang harus ditaati dan dijauhi oleh mahasiswa yang sifatnya mengikat. Norma-norma yang harus dijalani mahasiswa, antara lain etika mahasiswa terhadap institut, etika mahasiswa terhadap dosen, etika mahasiswa terhadap mahasiswa, etika mahasiswa dengan pegawai, etika dalam perkuliahan, etika terhadap masyarakat, etika dalam berpakaian, etika dalam berpendapat diluar perkuliahan, sampai kepada etika dalam bermedia sosial.
"Jadi, semua gerak-gerik mahasiswa itu memiliki standarisasi etik. Mulai dari ujung kaki sampai ujung rambut kita atur" tegas Kasubag Humas ini.
Dalam etika berpakaian, standarisasi yang disepakati untuk mahasiswa yaitu:
1. Mahasiswa harus berpakaian bersih, rapi, dan sopan yang mencerminkan sikap muslim terpelajar;
2. Bagi perempuan menggunakan rok, jilbab dan tidak menutup wajah;
3. Bagi pria menggunakan celana panjang sampai mata kaki, baju berkerah dan sepatu;
"Ketiga poin di atas adalah standar berpakaian bagi mahasiswa IAIN Parepare ketika melakukan aktivitas di kampus. Selain itu, tentu saja tidak dibenarkan. Tetapi, hal itu tidak terkait dengan pelarangan atau pun pengharaman penggunaan pakaian gamis, cadar atau semacamnya. Diluar kampus silahkan saja, tidak ada masalah"paparnya.
Tetapi dalam kampus, tentu saja kita punya standar aturan yang harus dipatuhi. IAIN adalah lembaga pendidikan yang punya batasan tertentu. Jika ada mahasiswa yang ingin masuk kuliah, hanya memakai sandal tentu saja akan dilarang mengikuti perkuliahan. Meski pun memakai sandal itu tidak haram, tetap saja dilarangan di kampus, karena kita ada standar/aturan mainnya" kilahnya mencontohkan.
Suherman berharap, masyarakat tidak menarik isu ini ke rana fiqhiyah. Karena cara berpakaian Islami itu, banyak model atau bentuknya. Cara berpakaian yang tertuang dalam kode etik mahasiswa IAIN Parepare pun sudah sesuai syariat Islam, yaitu harus menggunakan rok, jilbab dan tidak membenarkan pakaian yang ketat apalagi seksi. "Dengan pakaian model ini, mahasiswa kita bisa tampil elegal dan praktis" tegas Suherman menjelaskan.
"Saya justru heran, kok masih ada mahasiswa yang belum paham tentang kode etik ini, padahal sudah disosialisasikan diberbagai tempat, termasuk saat mendaftar ulang dan mengikuti Orientasi Pengenalan Akademik Kampus (OPAK). Aturan ini pun, sudah lama berjalan, kenapa baru ada mahasiswa yang pertanyakan" jawab Suherman keheranan ketika ditanya tentang pernyataan gugatan dari sekelompok mahasiswa.
"Seharusnya, mereka itu membaca dan memahami kode etik itu secara mendalam" tegasnya menitip harapan.
"Masyarakat harus paham, IAIN Parepare ini merupakan lembaga pendidikan formal yang bernaung di bawah Kementerian Agama RI. Tentu saja, kita memiliki standar dan aturan normatif yang mengatur seluruh civitas akademik, baik pimpinan, dosen, pegawai, termasuk mahasiswa" paparnya dengan serius.
Salah satu standar dan peraturan yang terkait dengan personal para civitas akademika, tertuang dalam peraturan yang disebut Kode Etik Dosen, Pegawai dan Mahasiswa IAIN Parepare. Kode etik mahasiswa merupakan rambu-rambu yang seyogyanya menjadi pedoman bagi mahasiswa dalam menjalankan aktivitasnya selama kuliah di IAIN Parepare. Kode etik adalah sebuah instrumen untuk melatih dan membentuk mahasiswa menjadi pribadi yang berkarakter berdasarkan tuntutan agama Islam, agar menjadi insan "Malebbi Warekkadana, Makkiade Ampena" yang menjadi motto kampus ini.
Dalam kode etik ini, lanjut Suherman, ada seperangkat norma yang harus ditaati dan dijauhi oleh mahasiswa yang sifatnya mengikat. Norma-norma yang harus dijalani mahasiswa, antara lain etika mahasiswa terhadap institut, etika mahasiswa terhadap dosen, etika mahasiswa terhadap mahasiswa, etika mahasiswa dengan pegawai, etika dalam perkuliahan, etika terhadap masyarakat, etika dalam berpakaian, etika dalam berpendapat diluar perkuliahan, sampai kepada etika dalam bermedia sosial.
"Jadi, semua gerak-gerik mahasiswa itu memiliki standarisasi etik. Mulai dari ujung kaki sampai ujung rambut kita atur" tegas Kasubag Humas ini.
Dalam etika berpakaian, standarisasi yang disepakati untuk mahasiswa yaitu:
1. Mahasiswa harus berpakaian bersih, rapi, dan sopan yang mencerminkan sikap muslim terpelajar;
2. Bagi perempuan menggunakan rok, jilbab dan tidak menutup wajah;
3. Bagi pria menggunakan celana panjang sampai mata kaki, baju berkerah dan sepatu;
"Ketiga poin di atas adalah standar berpakaian bagi mahasiswa IAIN Parepare ketika melakukan aktivitas di kampus. Selain itu, tentu saja tidak dibenarkan. Tetapi, hal itu tidak terkait dengan pelarangan atau pun pengharaman penggunaan pakaian gamis, cadar atau semacamnya. Diluar kampus silahkan saja, tidak ada masalah"paparnya.
Tetapi dalam kampus, tentu saja kita punya standar aturan yang harus dipatuhi. IAIN adalah lembaga pendidikan yang punya batasan tertentu. Jika ada mahasiswa yang ingin masuk kuliah, hanya memakai sandal tentu saja akan dilarang mengikuti perkuliahan. Meski pun memakai sandal itu tidak haram, tetap saja dilarangan di kampus, karena kita ada standar/aturan mainnya" kilahnya mencontohkan.
Suherman berharap, masyarakat tidak menarik isu ini ke rana fiqhiyah. Karena cara berpakaian Islami itu, banyak model atau bentuknya. Cara berpakaian yang tertuang dalam kode etik mahasiswa IAIN Parepare pun sudah sesuai syariat Islam, yaitu harus menggunakan rok, jilbab dan tidak membenarkan pakaian yang ketat apalagi seksi. "Dengan pakaian model ini, mahasiswa kita bisa tampil elegal dan praktis" tegas Suherman menjelaskan.
"Saya justru heran, kok masih ada mahasiswa yang belum paham tentang kode etik ini, padahal sudah disosialisasikan diberbagai tempat, termasuk saat mendaftar ulang dan mengikuti Orientasi Pengenalan Akademik Kampus (OPAK). Aturan ini pun, sudah lama berjalan, kenapa baru ada mahasiswa yang pertanyakan" jawab Suherman keheranan ketika ditanya tentang pernyataan gugatan dari sekelompok mahasiswa.
"Seharusnya, mereka itu membaca dan memahami kode etik itu secara mendalam" tegasnya menitip harapan.
Pembukaan Kuliah Semester Genap Tahun Akademik 2018/2019 IAIN Parepare
Humas IAIN Parepare---Pembukaan kuliah semester genap tahun akademik 2018/2019 Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare berlangsung, Senin, 4/3/2019 di Gedung Auditorium.
[caption id="attachment_9786" align="alignnone" width="300"] Wakil Rektor Bidang Akademik, Dr.Hj. Sitti Jamilah Amin, M. Ag[/caption]
Kegiatan ini dihadiri sekitar 1.800 orang yang terdiri atas para pimpinan Institut dan fakultas, pimpinan Pascasarjana, pejabat struktural, kepala UPT, Ketua Lembaga, pengurus organisasi mahasiswa, para dosen dan mahasiswa, termasuk CPNS 2018 yg telah dinyatakan lulus.
Melalui forum pembukaan kuliah ini, Rektor kembali menegaskan tekadnya untuk membawa kampus ini meraih Akreditasi A paling lambat tahun 2021. "Tahun akademik 2019/2020 kita canangkan sebagai tahun akreditasi" tegas Rektor kepada seluruh civitas akademika IAIN Parepare. Untuk mencapai Akreditasi Institut Perguruan Tinggi (AIPT) pada tahun 2021, maka program studi yang kita miliki harus terakreditasi A, minimal 50% pada tahun 2020. Bagi Rektor, mengejar AIPT untuk IAIN Parepare bukan sesuatu yang mustahil, selama civitas kampus berkerjasama dan bekerja keras.
Akreditasi merupakan standar kualitas perguruan tinggi yang dikeluarkan BAN PT. Rektor mengejar Akreditasi A, karena itu menjadi jaminan kualitas. IAIN Parepare, menurut Rektor, merupakan perguruan tinggi terbesar di wilayah Ajatappareng, bukan hanya gedungnya tetapi dari jumlah mahasiswanya dan tentu saja besar karena kualitasnya.
Jumlah mahasiswa IAIN Parepare saat ini mencapai 8 ribuan orang.
Mahasiswa yang kuliah di kampus IAIN Parepare berasal dari lintas daerah dan bahkan luar negeri. Ada yang datang dari Kalimantan, Papua, Nusa Tenggara, dan berbagai kabupaten di Sulawesi. Sementara, mahasiswa luar negeri berjumlah 6 orang berasal dari negara Thailand.
[caption id="attachment_9789" align="alignnone" width="300"] Mahasiswi asal Thailand[/caption]
"Pada tahun ini, informasi yang saya peroleh, telah ada calon mahasiswa dari Singapura, Thailand dan Malaysia yang berminat mendaftar di kampus kita" ujar Rektor yang disambut tepuk tangan peserta pembukaan kuliah. "Insyaallah, kita bercita-cita menjadikan IAIN ini sebagai kampus terbesar di Sulawesi Selatan." kata Rektor penuh obsesi.
Pada perkuliahan tahun ini, lanjut Rektor, proses perkuliahan harus berbasis riset dan e-learning. Rektor mengajak para dosen untuk mengurangi metode ceramah dalam pembelajaran dan memanfaatkan fasilitas aplikasi e-learning yang telah disiapkan oleh Unit Pelaksana Teknis Teknologi Informasi Pangkalan Data (UPT TIPD).
Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Pengembangan Kelembagaan, Sitti Jamilah Amin yang menyampaikan Laporan Akademik tahun 2018/2019 terkait dengan keadaan, data dan perkembangan akademik masing-masing Fakulltas. Pada Fakultas Tarbiyah, jumlah program studi 8, jumlah rombel (kelas) 465, jumlah SKS 1. 025, jumlah mahasiswa 2.733, dan jumlah dosen 66 orang, dosen luar biasa 13 orang, dosen lintas fakultas 2 orang.
Sementara Fakultas Syari’ah dan Ilmu Hukum Islam (Fakshi), jumlah Prodi 4, jumlah rombel 282, jumlah dosen 25 orang, dosen luar biasa 19 orang, dosen lintas fakultas 17 orang, jumlah sks 579 dan jumlah mahassiwa 1.637
Untuk Fakultas Ushuluddin, Adab, Dakwah dan Komunikasi (Fuad), jumlah Prodi 8, jumlah rombel 502, jumlah Dosen tetap 40 orang, dosen luar basa 13 orang, dan dosen lintas fakultas 5 orang, jumlah sks 1.222 dan jumlah mahasiswa 1.537 orang.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (Febi), jumlah Prodi 7, jumlah rombel 360, jumlah dosen tetap 40 orang, dosen luar biasa 13 orang lintas fakultas 27 orang, jumlah sks 850 dan jumlah Mahasiswa 1.518 orang.
"Jadi, total rombel 1.609 dengan total mahasiswa yang aktif kuliah 7.425 orang. Sementara dosen secara keseluruhan untuk dosen PNS sebanyak 107 orang, dosen ppnpn 50 orang, dan cpns 33 orang" simpul Jamilah Amin dalam laporannya.
[caption id="attachment_9786" align="alignnone" width="300"] Wakil Rektor Bidang Akademik, Dr.Hj. Sitti Jamilah Amin, M. Ag[/caption]
Kegiatan ini dihadiri sekitar 1.800 orang yang terdiri atas para pimpinan Institut dan fakultas, pimpinan Pascasarjana, pejabat struktural, kepala UPT, Ketua Lembaga, pengurus organisasi mahasiswa, para dosen dan mahasiswa, termasuk CPNS 2018 yg telah dinyatakan lulus.
Melalui forum pembukaan kuliah ini, Rektor kembali menegaskan tekadnya untuk membawa kampus ini meraih Akreditasi A paling lambat tahun 2021. "Tahun akademik 2019/2020 kita canangkan sebagai tahun akreditasi" tegas Rektor kepada seluruh civitas akademika IAIN Parepare. Untuk mencapai Akreditasi Institut Perguruan Tinggi (AIPT) pada tahun 2021, maka program studi yang kita miliki harus terakreditasi A, minimal 50% pada tahun 2020. Bagi Rektor, mengejar AIPT untuk IAIN Parepare bukan sesuatu yang mustahil, selama civitas kampus berkerjasama dan bekerja keras.
Akreditasi merupakan standar kualitas perguruan tinggi yang dikeluarkan BAN PT. Rektor mengejar Akreditasi A, karena itu menjadi jaminan kualitas. IAIN Parepare, menurut Rektor, merupakan perguruan tinggi terbesar di wilayah Ajatappareng, bukan hanya gedungnya tetapi dari jumlah mahasiswanya dan tentu saja besar karena kualitasnya.
Jumlah mahasiswa IAIN Parepare saat ini mencapai 8 ribuan orang.
Mahasiswa yang kuliah di kampus IAIN Parepare berasal dari lintas daerah dan bahkan luar negeri. Ada yang datang dari Kalimantan, Papua, Nusa Tenggara, dan berbagai kabupaten di Sulawesi. Sementara, mahasiswa luar negeri berjumlah 6 orang berasal dari negara Thailand.
[caption id="attachment_9789" align="alignnone" width="300"] Mahasiswi asal Thailand[/caption]
"Pada tahun ini, informasi yang saya peroleh, telah ada calon mahasiswa dari Singapura, Thailand dan Malaysia yang berminat mendaftar di kampus kita" ujar Rektor yang disambut tepuk tangan peserta pembukaan kuliah. "Insyaallah, kita bercita-cita menjadikan IAIN ini sebagai kampus terbesar di Sulawesi Selatan." kata Rektor penuh obsesi.
Pada perkuliahan tahun ini, lanjut Rektor, proses perkuliahan harus berbasis riset dan e-learning. Rektor mengajak para dosen untuk mengurangi metode ceramah dalam pembelajaran dan memanfaatkan fasilitas aplikasi e-learning yang telah disiapkan oleh Unit Pelaksana Teknis Teknologi Informasi Pangkalan Data (UPT TIPD).
Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Pengembangan Kelembagaan, Sitti Jamilah Amin yang menyampaikan Laporan Akademik tahun 2018/2019 terkait dengan keadaan, data dan perkembangan akademik masing-masing Fakulltas. Pada Fakultas Tarbiyah, jumlah program studi 8, jumlah rombel (kelas) 465, jumlah SKS 1. 025, jumlah mahasiswa 2.733, dan jumlah dosen 66 orang, dosen luar biasa 13 orang, dosen lintas fakultas 2 orang.
Sementara Fakultas Syari’ah dan Ilmu Hukum Islam (Fakshi), jumlah Prodi 4, jumlah rombel 282, jumlah dosen 25 orang, dosen luar biasa 19 orang, dosen lintas fakultas 17 orang, jumlah sks 579 dan jumlah mahassiwa 1.637
Untuk Fakultas Ushuluddin, Adab, Dakwah dan Komunikasi (Fuad), jumlah Prodi 8, jumlah rombel 502, jumlah Dosen tetap 40 orang, dosen luar basa 13 orang, dan dosen lintas fakultas 5 orang, jumlah sks 1.222 dan jumlah mahasiswa 1.537 orang.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (Febi), jumlah Prodi 7, jumlah rombel 360, jumlah dosen tetap 40 orang, dosen luar biasa 13 orang lintas fakultas 27 orang, jumlah sks 850 dan jumlah Mahasiswa 1.518 orang.
"Jadi, total rombel 1.609 dengan total mahasiswa yang aktif kuliah 7.425 orang. Sementara dosen secara keseluruhan untuk dosen PNS sebanyak 107 orang, dosen ppnpn 50 orang, dan cpns 33 orang" simpul Jamilah Amin dalam laporannya.
Prodi TIPS Memprogramkan Intensifikasi Kajian KeIslaman
Humas IAIN Parepare--- Pasca transformasi STAIN menjadi IAIN Parepare, berbagai program terobosan terus digalakkan dan dilaksanakan oleh masing-masing unit kerja dalam lingkup IAIN Parepare. Salah satunya, program studi Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial, yang disingkat TIPS. Selasa malam, 19/3/2019 Program studi pada Fakultas Tarbiyah ini mengelar program intensifikasi kajian Keislaman di Mushallah Kampus.
Ketua Program Studi TIPS, Ahdar Jamaluddin menyampaikan, Kajian Keislaman ini merupakan kegiatan rutin yang akan dilaksanakan setiap 2 kali dalam sebulan. Sebagai program kerja Prodi TIPS yang diperuntukkan bagi mahasiswa, maka kegiatan ini bersifat wajib diikuiti oleh seluruh mahasiswa IPS yang ada pada setiap tingkatan.
"Program intensifikasi kajian Keislaman ini, sengaja diprogramkan secara intensif sebagai upaya pendalaman pengetahuan Keislaman kepada para mahasiswa TIPS" ujar Ahdar.
Dalam pandangannya, mahasiswa perlu diberikan kajian Keislaman diluar perkuliahan karena latar belakang dan kedalaman pengetahuan agama Islam yang dimiliki mahasiswa berbeda dan pada umumnya, masih banyak yang memiliki pengetahuan agama di bawah rata-rata. "Mahasiswa kita, bukan hanya datang dari pesantren atau madrasah tetapi banyak juga yang lulusan SMU dan SMK, yang tentu saja pemahaman keagamaannya masih sangat rendah. Mata kuliah agama yang diberikan pada perkuliahan memerlukan follow up diluar perkuliahan agar mahasiswa, khususnya yang dari sekolah umum mampu memahami ajaran-ajaran Islam secara komprehensif.
Upaya program intensifikasi kajian Keislaman ini, juga diyakini mampu mengkanalisasi mahasiswa dari pemikiran-pemikiran ekstrim, baik ekstrim kanan atau pun kiri. "Kampus kita ini sedang digempur dari pemahaman-pemahaman radikal, baik radikal kiri atau pun radikal kanan. Kajian mereka sangat berkembang di kalangan mahasiswa. Kalau kajian mereka tidak diimbangi dengan kajian-kajian Keislaman yang intensif seperti yang digagas Ketua Prodi Ilmu Pengetahuan Sosial ini, maka saya khawatir mahasiswa kita memilih alternatif kajian yang ekstrim" ujar Herman, salah seorang civitas kampus yang berada di Mushallah ketika dimintai tanggapannya terkait kajian ini.
Pada kajian perdana ini, Ketua Prodi TIPS menghadirkan Pakar Pendidikan Islam, Dr. Abd. Khalik, M.Pd.I, yang juga Sekretaris Umum Dewan Pendidikan Kota Parepre. Dalam kajiannya, Abd. Khalik memetakan sejarah perkembangan Islam, mulai ketika kemunculan dan berkembangannya di Mekkah dan Madinah, sampai masuknya Islam di nusantara. Sejarah Islam ini, kemudian ditinjau dalam perspektif sosial antropolgi. Menurutnya karakteristik umat Islam sangat dipengaruhi oleh kondisi demografi dimana Islam tumbuh dan berkembangan. "Awal kemunculan Islam itu berada di kota Jazirah Arab, yaitu kota Mekkah dan kota Madinah. Kedua kota ini merupakan kota yang sangat maju pada masanya dan menjadi pusat peradaban. Pada mulanya, Islam ditolak oleh para kaum bangsawan yang berkuasa, tetapi pada akhir Islam diterima dan berkembang dengan sangat pesat di kedua kota besar ini, hanya dalam kurun waktu sekitar 23 tahun" urai Abd. Khalik.
Abd. Khalik memaparkan, perkembangan Islam di kota-kota memberikan pengaruh tersendiri bagi tipologi dan karakteristik umat Islam. Tantangan kehidupan kota menjadikan Umat Islam menjadi umat yang kuat, progresif dan penuh daya juang yang tinggi. Kita sebagai mahasiswa Islam, harus bisa mengadopsi karakteristik umat Islam ini, khususnya dalam menjalani proses perkuliahan. Jangan menjadi mahasiswa yang malas, apatis dan bermental kerupuk.
Kajian Khaliq ini relevan dengan hasil riset dan pemikiran Clifford Greerts yang mengkaji sosial antropologi Islam di Jawa melalui risetnya yang berjudul "The Religion of Java" dan diterjamahkan dalam bentuk buku berjudul "Abangan, Santri, Priyai dalam masyarakat Jawa. Kajian yang diikuti puluhan mahasiswa Prodi TIPS ini berakhir larut malam, karena peserta cukup antusias dan bersemangat. (s.s)
Ketua Program Studi TIPS, Ahdar Jamaluddin menyampaikan, Kajian Keislaman ini merupakan kegiatan rutin yang akan dilaksanakan setiap 2 kali dalam sebulan. Sebagai program kerja Prodi TIPS yang diperuntukkan bagi mahasiswa, maka kegiatan ini bersifat wajib diikuiti oleh seluruh mahasiswa IPS yang ada pada setiap tingkatan.
"Program intensifikasi kajian Keislaman ini, sengaja diprogramkan secara intensif sebagai upaya pendalaman pengetahuan Keislaman kepada para mahasiswa TIPS" ujar Ahdar.
Dalam pandangannya, mahasiswa perlu diberikan kajian Keislaman diluar perkuliahan karena latar belakang dan kedalaman pengetahuan agama Islam yang dimiliki mahasiswa berbeda dan pada umumnya, masih banyak yang memiliki pengetahuan agama di bawah rata-rata. "Mahasiswa kita, bukan hanya datang dari pesantren atau madrasah tetapi banyak juga yang lulusan SMU dan SMK, yang tentu saja pemahaman keagamaannya masih sangat rendah. Mata kuliah agama yang diberikan pada perkuliahan memerlukan follow up diluar perkuliahan agar mahasiswa, khususnya yang dari sekolah umum mampu memahami ajaran-ajaran Islam secara komprehensif.
Upaya program intensifikasi kajian Keislaman ini, juga diyakini mampu mengkanalisasi mahasiswa dari pemikiran-pemikiran ekstrim, baik ekstrim kanan atau pun kiri. "Kampus kita ini sedang digempur dari pemahaman-pemahaman radikal, baik radikal kiri atau pun radikal kanan. Kajian mereka sangat berkembang di kalangan mahasiswa. Kalau kajian mereka tidak diimbangi dengan kajian-kajian Keislaman yang intensif seperti yang digagas Ketua Prodi Ilmu Pengetahuan Sosial ini, maka saya khawatir mahasiswa kita memilih alternatif kajian yang ekstrim" ujar Herman, salah seorang civitas kampus yang berada di Mushallah ketika dimintai tanggapannya terkait kajian ini.
Pada kajian perdana ini, Ketua Prodi TIPS menghadirkan Pakar Pendidikan Islam, Dr. Abd. Khalik, M.Pd.I, yang juga Sekretaris Umum Dewan Pendidikan Kota Parepre. Dalam kajiannya, Abd. Khalik memetakan sejarah perkembangan Islam, mulai ketika kemunculan dan berkembangannya di Mekkah dan Madinah, sampai masuknya Islam di nusantara. Sejarah Islam ini, kemudian ditinjau dalam perspektif sosial antropolgi. Menurutnya karakteristik umat Islam sangat dipengaruhi oleh kondisi demografi dimana Islam tumbuh dan berkembangan. "Awal kemunculan Islam itu berada di kota Jazirah Arab, yaitu kota Mekkah dan kota Madinah. Kedua kota ini merupakan kota yang sangat maju pada masanya dan menjadi pusat peradaban. Pada mulanya, Islam ditolak oleh para kaum bangsawan yang berkuasa, tetapi pada akhir Islam diterima dan berkembang dengan sangat pesat di kedua kota besar ini, hanya dalam kurun waktu sekitar 23 tahun" urai Abd. Khalik.
Abd. Khalik memaparkan, perkembangan Islam di kota-kota memberikan pengaruh tersendiri bagi tipologi dan karakteristik umat Islam. Tantangan kehidupan kota menjadikan Umat Islam menjadi umat yang kuat, progresif dan penuh daya juang yang tinggi. Kita sebagai mahasiswa Islam, harus bisa mengadopsi karakteristik umat Islam ini, khususnya dalam menjalani proses perkuliahan. Jangan menjadi mahasiswa yang malas, apatis dan bermental kerupuk.
Kajian Khaliq ini relevan dengan hasil riset dan pemikiran Clifford Greerts yang mengkaji sosial antropologi Islam di Jawa melalui risetnya yang berjudul "The Religion of Java" dan diterjamahkan dalam bentuk buku berjudul "Abangan, Santri, Priyai dalam masyarakat Jawa. Kajian yang diikuti puluhan mahasiswa Prodi TIPS ini berakhir larut malam, karena peserta cukup antusias dan bersemangat. (s.s)
Pekan Literasi, Kolaborasi FEBI IAIN Parepare dengan Dialektika Bookshop
IAIN Parepare--- Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare bekerja sama dengan toko buku Dialektika bookshop, menggelar pekan literasi di pelataran gedung S.
Acara dengan tema “bangun literasi di era milenial untuk mencerdaskan bangsa” ini, berlangsung selama lima hari yakni mulai 11 sampai 15 Maret 2019 dan dibuka langsung oleh Dekan Fakulas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI)
Adapun rangkaian kegiatan dalam acara ini antara lain, book fair, bedah buku, bedah film dan diskusi publik, serta melibatkan organisasi-organisasi terkait. Buku yang dijual dari berbagai penerbit mulai dari mojok, Prenada dan lain sebagainya.
Ardiansyah selaku ketua panitia mengatakan bahwa dengan adanya pekan literasi yang dilaksanakan, secara tidak langsung akan memudahkan teman-teman mahasiswa mendapatkan buku tanpa jauh-jauh lagi keluar kota mencarinya apalagi buku yang disediakan lumayan banyak dan cocok bagi kalangan mahasiswa. Jadi pada dasarnya membaca adalah suatu keharusan yang patut disadari mulai sekarang.
“Semoga semangat literasi mampu menjadikan hidup kita selangkah lebih maju dan membuka cakrawala berpikir dalam mengarungi dunia kampus”, harapnya.
Dalam sambutannya, Dekan FEBI Dr. Kamal Zubai,M.Ag mengatakan banyak hal yang bisa didapatakan dalam pekan literasi ini, salah satunya membantu mahasiswa mendapatkan referensi.
“Kalau anda berpikir investasi maka mulailah minimal 1 buku 1 bulan”, ucapnya. Acara ini juga membuka wawasan terkait persoalan-persoalan yang dihadapi melalui sumber bacaan. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam kedepannya akan melakukan FEBI expo yang didalamnya ada pameran buku, hasil karya mahasiswa dan memberi kesempatan bagi mahasiswa untuk meningkatkan kualitas prestasinya melalui penelitian. “Selamat menikmati sajian dari Pekan Literasi ini”, tambahnya.
Sumber: Panitia Pelaksana
Acara dengan tema “bangun literasi di era milenial untuk mencerdaskan bangsa” ini, berlangsung selama lima hari yakni mulai 11 sampai 15 Maret 2019 dan dibuka langsung oleh Dekan Fakulas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI)
Adapun rangkaian kegiatan dalam acara ini antara lain, book fair, bedah buku, bedah film dan diskusi publik, serta melibatkan organisasi-organisasi terkait. Buku yang dijual dari berbagai penerbit mulai dari mojok, Prenada dan lain sebagainya.
Ardiansyah selaku ketua panitia mengatakan bahwa dengan adanya pekan literasi yang dilaksanakan, secara tidak langsung akan memudahkan teman-teman mahasiswa mendapatkan buku tanpa jauh-jauh lagi keluar kota mencarinya apalagi buku yang disediakan lumayan banyak dan cocok bagi kalangan mahasiswa. Jadi pada dasarnya membaca adalah suatu keharusan yang patut disadari mulai sekarang.
“Semoga semangat literasi mampu menjadikan hidup kita selangkah lebih maju dan membuka cakrawala berpikir dalam mengarungi dunia kampus”, harapnya.
Dalam sambutannya, Dekan FEBI Dr. Kamal Zubai,M.Ag mengatakan banyak hal yang bisa didapatakan dalam pekan literasi ini, salah satunya membantu mahasiswa mendapatkan referensi.
“Kalau anda berpikir investasi maka mulailah minimal 1 buku 1 bulan”, ucapnya. Acara ini juga membuka wawasan terkait persoalan-persoalan yang dihadapi melalui sumber bacaan. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam kedepannya akan melakukan FEBI expo yang didalamnya ada pameran buku, hasil karya mahasiswa dan memberi kesempatan bagi mahasiswa untuk meningkatkan kualitas prestasinya melalui penelitian. “Selamat menikmati sajian dari Pekan Literasi ini”, tambahnya.
Sumber: Panitia Pelaksana
Langganan:
Postingan (Atom)